Situbondo- Penggiat lingkungan peduli sampah plastik, Rini Yuliastutik membuat gaun special HUT kemerdekaan 17 Agustus 2022. Uniknya, gaun dengan kombinasi warna merah putih tersebut berbahan daur ulang sampah pelastik.
Rini Yuliastik sudah 16 tahun menjadi penggiat lingkungan sampah plastik. Sejak 2011, ia mendirikan bank sampah jaya pintu lima di rumahnya lingkungan Dam Pintu Lima RT 4 RW 3, Kelurahan Ardirejo, Kecamatan Panji.
“Mulai menjadi penggiat lingkungan sejak 2006. Kalau Bank sampah ini saya dirikan sejak 2011 namun baru dapat SK pendirian 2017,” ujarnya.
Rini sudah membuat berbagai kerajinan daur ulang sampah plastik, seperti tas perempuan berbagai jenis dan bentuk, kursi, tempat minum, piring dan berbagai perabotan rumah lainnya hingga baju fashion. Ditangannya, berbagai kerajinan daur ulang bernilai ekonomi tinggi dan sudah laku terjual ke berbagai daerah.
Saat ini, Rini sedang menyelesaikan gaun perempuan special HUT kemerdekaan. Baju terbuat dari plastik itu didesain dengan kombinasi warna merah putih. Gaun unik tersebut akan digunakan saat malam resepsi peringatan HUT Kemerdekaan di Kelurahan Ardirejo.
“Kami sudah sering baut baju fashion daur ulang. Pernah bikin baju fashion dari botol minuman dan sudah laku terjual ke salah satu sekolah di Kabupaten Situbondo,” terangnya.
Menurut Rini, melalui gaun daur ulang itu dirinya mengajak masyarakat untuk berperang melawan sampah plastik. Sebab, kalau dibiarkan sampah plastik berserakan, akan jadi masalah besar terhadap keberlangsung ekosistem lingkungan.
“Kita sudah tidak ikut berperang melawan penjajah. Tugas kita saat ini merawat bumi Indonesia dan salah satu caranya mengendalikan sampah plastik,” katanya.
Rini menjelaskan, dirinya mendirikan bank sampah jaya pintu lima untuk mengendalikan sampah plastik, yaitu mengubah polusi menjadi solusi. Sebab sampah plastik yang dikelola secara baik akan memiliki nilai ekonomi.
Rini mengaku prihatin banyaknya sampah plastik karena sangat mengancam lingkungan. Sampah plastik butuh waktu 100 hingga 500 tahun untuk mengurainya kembali dengan sempurna. Bahkan jika dibakar, asap sampah plastik bisa memicu berbagai penyakit, seperti gangguan pernafasan, kanker hingga gangguan sistem saraf, karena asap sampah plastik mengandung zat dioksin dan karsinogetik.
Oleh karena itu kata Rini, sejak 2006 silam dirinya mengeluti daur ulang sampah plastik karena khawatir melihat sampah plastik yang berserakan. Saat itu, Rini pernah belajar cara mengelola sampah di Yogyakarta, kemudian mengenalkannya kepada warga di lingkungannya. Meski sempat menuai cibiran, namun lambat laun Rini berhasil meyakinkan warga untuk ikut mengelola sampah plastik. Sejak 2011 Rini mulai merintis Bank Sampah Jaya Pintu Lima secara mandiri.
“Awal merintis saya hanya berhasil merekrut empat orang warga sekitar. Tidak mudah meyakinkan masyarakat untuk ikut mengelola sampah plastik ini. Butuh perjuangan panjang,” kenangnya.
Menurutnya, warga mulai tertarik menjadi nasabah bank sampah, setelah diperkenalkan dengan berbagai bentuk kerajinan daur ulang sampah. Untuk membuat satu tas perempuan hanya butuh 40 sampah plastik.
“Bank sampah kami melayani barter sampah plastik. Masyarakat menukar sampah plastik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ada juga sistem ditabung dan disedekahkan. Saat ini warga menggunakan sampah untuk memenuhi kebutuhannya termasuk beli token listrik dan tabung gas,” tuturnya.
Tidak hanya itu, Rini juga mengajari nasabah Bank Sampah Jaya Pintu Lima cara menyimpan sampah plastik dengan system ekobrik, yaitu memasukan sampah ke dalam botol. Melalui sampah ekobrik tersebut bisa dipergunakan jadi apa saja termasuk membuat kursi dari sampah.
“Saat ini anggota Bank sampah jaya pintu lima sebanyak 145 orang. Dari jumlah itu ada 100 orang yang sudah jadi nasabah. Setiap hari Senin ada timbangan hasil tabungan sampah dan uang hasil tabungan nasabah itu nanti dibagikan menjelang hari raya idul fitri,” pungkasnya.
Reporter: Zaini Zain