Situbondo- Diah Mutiara, gadis berparas cantik ini menjadi pusat perhatian, saat acara tasyakuran Polres Situbondo bersama para wartawan dan penyandang disabilitas, Sabtu kemarin. Diah Mutiara menjadi penerjemah bahasa isyarat saat Kapolres AKBP Achmad Imam Rifa’i memulai acara dialog.
Bahkan saat disabilitas rungu mengajukan pertanyaan kepada Kapolres, Diah yang menjelaskannya kepada Kapolres, kemudian menjelaskan balik apa yang disampaikan Kapolres kepada disabilitas rungu.
Ternyata, para disabilitas bertanya cara membuat SIM karena takut kena tilang di jalan raya. Mereka menanyakan prosedur dan cara membuat SIM di Samsat, karena ingin memiliki SIM seperti pengendara motor pada umumnya.
“Jadi teman-teman ini ingin membuat SIM, karena takut kena tilang kalau naik motor di jalan raya. Mereka ingin punya SIM seperti pengendara motor pada umumnya,” kata Diah saat maksud dari pertanyan disabilitas rungu.
Diah Mutiara, ternyata sudah cukup lama mendedikasikan dirinya jadi penerjemah disabilitas rungu. Gadis 19 tahun asal Desa Tokelan, Kecamatan Panji, menceritakan dirinya tertarik belajar bahasa isyarat, berawal dari keinginannya untuk bisa berbicara dengan disabilitas rungu.
Pada 2017 silam, Diah memutuskan bergabung dengan PBI atau Penerjemah Bahasa Isyarat. Selama empat tahun atau sejak masih berusia berusia 15 tahun, Diah Mutiara mulai aktif mendampingi disabilitas rungu.
“Kalau kesannya banyak sekali, karena saya selalu menemani mereka setiap ada acara, termasuk saat mereka pergi ke café,” terang alumni SMAN 2 Situbondo itu.
Diah mengaku kadang ada kesulitan menjelaskan perkataan istilah baru kepada disabilitas rungu. Istilah baru yang dimaksud yaitu tidak ada dalam panduan bahasa isyarat bisindo, seperti istilah kata-kata “kasus”, sulit dijelaskan karena tidak ada di bisino. Biasanya, setiap ada ada istilah baru, Diah menjelaskannya menggunakan singkatan.
“Sekarang yang digunakan untuk bahasa isyarat bisindo karena lebih mudah. Saya juga banyak belajar dari mereka (disabilitas), karena mereka sudah terbiasa belajar dari sekolah,” tuturnya.
Diah menambahkan, penyandang disabilitas sama seperti orang normal, hanya mereka melakukan pekerjaan orang normal dengan keunikan mereka. Saat ini, sudah banyak disabilitas bisa bermusik, jadi pembatik maupun jadi atlet.
“Ada beberapa disabilitas rungu mahir bermain musik. Bahkan beberapa kali tampil mengisi acara dan saya ikut mendampinginya,” pungkasnya.
Reporter: Zaini Zain