Fenomena Bulan Purnama “Tera’an”, Nelayan Libur Melaut

0
157
Ilustrasi nelayan libur melaut (Foto oleh RRI)

Situbondo, bhasafm.co.id- Sejumlah nelayan pesisir Situbondo, libur melaut karena terjadi fenomena bulan purnama atau yang dikenal dengan “Tera’an”. Sudah seminggu mereka tidak melaut, karena meyakini, tidak ada ikan saat bulan purnama yang terjadi pada pertengahan bulan menurut kalender hijriah.

Salah seorang nelayan asal Panarukan, Arditoyo mengaku, saat bulan purnama terjadi, pantulan cahaya bulan itu lebih terang dibandingkan cahaya lampu nelayan, sehingga ikan menjauh dari jaring nelayan. Inilah yang menjadi alasan nelayan libur tidak melaut.

Selama tidak melaut, para nelayan kehilangan mata pencahariannya. Arditoyo mengaku mencari pekerjaan lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ada yang menjadi buruh di sawah atau kuli bangunan, atau bahkan memancing ikan di laut.

Selain fenomena bulan purnama, Arditoyo mengaku sudah lima bulan nelayan mengalami musim paceklik. Hasil tangkapan menurun drastis. Paceklik ini merupakan fenomena tahunan yang terjadi antara rentang waktu Juni-November.

Di musim paceklik, tangkapan ikan menurun drastis, biasanya perahu selerek lebih dari 1 ton untuk sekali melaut. Namun di musim paceklik ini rata-rata hasil tangkapan sebanyak 3 kuintal ikan layang yang dijual dengan harga Rp11.000 per kilogram. Saat dipotong ongkos perahu, dan dibagikan kepada para nelayan dalam satu perahu sebanyak 60 orang, maka masing-masing nelayan hanya menerima uang sekitar Rp30 ribu sekali melaut.

Kata Arditoyo, bulan depan musim paceklik akan berakhir. Ia berharap hasil tangkapan ikan sekali melaut bisa kembali normal sehingga penghasilan para nelayan kembali normal dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses