Situbondo- Pemkab Situbondo terus mengembangkan potensi perkebunan kopi di Kabupaten Situbondo. Setelah membranding kopi Situbondo bernama Golden Wood Coffee, kali ini digelar festival petik kopi di dusun Taman Dadar, Desa Curah Tatal Kecamatan Arjasa, Sabtu kemarin.
Bupati Karna Suswandi menghadiri festival petik kopi meski harus mengendari trail melewati jalan terjang dan licin. Bupati mengajak para petani untuk terus menjaga kualitas kopi ekspor Situbondo. Ada beberapa lokasi perkebunan kopi di Kecamatan Arjasa berkualitas ekspor, yaitu di Desa Kayumas dan Desa Curah Tatal.
Hasil kopi di dua lokasi ini sudah cukup lama di ekspor ke Eropa dan Amerika. Tak heran, kalau kopi Situbondo banyak diminati warga manca negara, karena baik kopi jenis robusta maupun arabika pernah menjadi juara nasional dan juara dunia diajang kontes kopi.
Bupati Situbondo Karna Suswandi mengatakan, festival petik kopi ini sangat penting agar kualitas kopi yang dihasilkan tetap terjaga. Saat ini, Pemkab Situbondo melalui Golden Wood Coffee akan terus mendorong para petani kopi agar bisa bersaing di pasaran, baik di dalam negeri maupun melalui pasar ekspor ke luar negeri.
“Festival petik kopi ini menjadi penting karena kami ingin melihat hasil panen kopi arabika yang tahun lalu sudah kami branding bernama Golden Wood Coffee,” ujar Bupati Situbondo, Karna Suswandi, ditemui saat festival petik kopi, Sabtu, 21 Mei 2022.
Menurut Karna Suswandi, dirinya akan terus mendorong kualitas kopi Situbondo melalui program sertifikasi organik. Para petani harus terus meningkatkan hasil pertanian kopi berkualitas ekspor agar petani semakin sejahtera.
“Kami berharap hasil panen kali ini akan lebih baik dari sebelumnya sehingga Golden Wood Coffe yang kami rencanakan sesuai harapan. Kalau kualitas kopinya bagus maka para petaninya akan diuntungkan,” ujarnya.
Karna Suswandi menambahkan, selain festival petik kopi, tahun ini juga akan digelar festival kopi nusantara di alun-alun kota Situbondo. Tujuannya, memperkenalkan kopi arabika Situbondo kepada para buyer yang akan mengekspor ke luar negeri.
“Saat ini kami sudah mengharuskan semua OPD (Organisasi Pimpinan Daerah) agar menggunakan dan menyuguhkan kopi Situbondo kepada tamu. Karena itu kami mengajak datang kesini para pimpinan bank dan restoran,” terangnya.
Sementara itu, petani kopi menyambut antusias upaya pemerintah membranding kopi Situbondo menjadi Golden Wood Coffe. Mereka berharap perhatian pemerintah tersebut akan meningkatkan penghasilan petani kopi.
Hariyanto, salah seorang petani mengaku punya empat hektar kopi dan semuanya sudah organik atau kualitas ekspor. Ia meminta Pemkab agar terus melakukan pendampingan, agar peluang ekspor kopi ke luar negara kian terbuka lebar.
“Saya sudah 15 tahun jadi petani kopi dan merasa senang pemerintah serius memperhatikan nasib kami. Harapannya, agar para petani terus diberi arahan dan pendampingan agar kualitas kopinya semakin terjamin,” kata petani asal Dusun Tamanrejo, Desa Curahtatal, Kecamatan Arjasa.
Hariyanto mengaku bersyukur karena harga kopi saat ini sudah kembali naik dari sebelumnya seharga Rp. 10 ribu menjadi Rp. 13 ribu per kilogramnya. Kenaikan harga kopi ini tentu membuat para petani kian bergairah.
“Kebun kopi saya semuanya jenis arabika bersertifikasi organik dan sudah di ekspor melalui PT Indokom. Untuk satu hektar, sambunya, bisa menghasilkan 10 ton kopi kering,”terangnya.
Perlu diketahui, saat ini luas lahan kebubn kopi di Kabupaten Situbondo seluas 1.500 hektar tersebar di beberapa daerah. Dari jumlah tersebut sebanyak 80 persen merupakan jenis kopi arabika serta 20 persennya sisanya yaitu jenis kopi robusta. Saat ini hampir 50 persen kebun kopi sudah memiliki sertifikasi organik.
Reporter: Zaini Zain