Situbondo- Hidup mandiri dan setara, itulah keinginan yang terpatri kuat dalam hidup Nur Rahmatillah. Penyandang disabilitas asal Desa Olean, Kecamatan Situbondo, memilih menekuni kerajinan batik agar tak menggantungkan hidupnya ke orang lain.
Nur Rahmatillah sudah beberapa tahun terakhir ini menekuni kerajinan batik. Di Tengah keterbatasan fisiknya itu menambah keunikan karya batik buah tangannya. Nur Rahmatillah bisa membuat berbagai jenis karya batik, namun yang umum membuat batik khas Situbondo dengan motif biota laut.
Kejeliannya menggambar dan mewarnai kain batik, sama sekali tak ada pembeda dengan karya batik para pengrajin batik pada umumnya. Bahkan Nur Rahmatillah cukup satu hari menyelesaikan satu kain batik.
“Kalau cuma mewarnai cukup sehari sudah selesai. Yang agak susah waktu menggambarnya,” katanya saat ditemui sedang membatik, beberapa waktu lalu.
Menurut Nur Rahmatillah, biasanya dirinya membatik di objek wisata karang kenik 26 Desa Olean, Kecamatan Situbondo. Namun sejak pandemi Covid-19, dirinya lebih menghabiskan waktunya membatik di rumah.
Sudah ada puluhan kain batik karyanya. Selain di jual secara umum di pasaran, banyak perangkat desa juga memesan kerajinan batik buatannya. Satu baju batik dijual seharga 130 ribu hingga 200 ribu.
“Harga tergantung motif dan tingkat kerumitannya. Kalau kain batik yang biasa dijual Rp. 130, tapi kalau yang banyak motifnya saya jual Rp. 200 ribu,” terangnya.
Menjadi pengrajin batik sepertinya jadi pilihan hidup Nur Rahmatillah. Dengan kemahirannya membatik ia mengaku bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Sebagai penyandang disabilitas, Nur Rahmatillah mengaku ingin mandiri dan tak bergantung kepada orang lain.
“Iya akan terus membatik biar hidup saya setara. Kita semua punya potensi, hanya caranya yang berbeda. Buktinya, saya juga bisa membatik seperti pengrajin batik pada umumnya,” katanya dengan nada optimis.
Reporter: Zaini Zain