Situbondo- Kabupaten Situbondo genap berusia dua abad. Sayangnya, di usianya yang sudah 200 tahun, tak semua masyarakat Situbondo bisa menikmati pembangunan, salah satunya pembangunan sarana air bersih.
Akibatnya, setiap musim kemarau sejumlah lokasi di Situbondo masih mengalami kekeringan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat menunggu suplay air bersih Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Seperti yang terjadi di Dusun Panapan, Desa Sopet, Kecamatan Jangkar. Rabu (15/8) siang kemarin, warga di tempat mendapatkan suplay air bersih. Setiap sepekan sekali BPBD harus mengirim air bersih ke tempat ini sebanyak 5000 liter.
Salah seorang penggiat sosial di Kecamatan Jangkar, Abdur Rahem, mengatakan, berdasarkan data BPBD Situbondo, pada tahun 2017 lalu masih ada sekitar 10 titik mengalami krisis air bersih. Tahun ini jumlah daerah yang mengalami krisis air bersih di musim kemarau, diprediksi tak jauh berbeda dari tahun sebelumnya.
Abdur Rahem mengaku heran perencanan pembangunan di Situbondo. Sebab masalah kebutuhan dasar masyarakat, tidak menjadi program prioritas pemerintah. Saat ini Pemkab lebih sibuk membangun proyek mercusuar seperti JLU atau Jalan Lingkar Utara.
Menurut Abdur Rahem, Pemkab Situbondo seharusnya malu melihat warganya mengalami krisis air bersih. Disisi lain, Pemkab sibuk bersolek mempercantik kawasan perkotaan, seperti bongkar pasang proyek alun-alun Situbondo dan membangun taman pancing.
Pria yang juga lulusan perguruan tinggi di Malang itu, menambahkan, jika dana miliaran rupiah dipergunakan mengebor air bersih, maka krisis air bersih di sejumlah lokasi di Situbondo pasti akan terus berkurang.
Oleh karena itu, Abdur Rahem meminta DPRD Situbondo, agar benar-benar selektif meloloskan proyek pembangunan yang diajukan Pemkab. Setidaknya, setiap proyek yang diajukan harus jelas asas manfaatnya, agar tak seperti pembangunan taman pancing di depan PG Panji.