Situbondo- Pondok pesantren merupakan institusi pendidikan agama Islam tertua di Indonesia. Ketika pendidikan sudah menerapkan sistem inklusif, pesantren mengakomodir sistem ini, termasuk berupaya menghapus stigma terhadap Difabel.
Dari sisi historis, sejak masa Rosulullah diskursus disabilitas sudah dibahas dengan serius. Hal ini diawali dari teguran Allah Swt. terhadap Rasulullah Saw, yang mengabaikan Abdullah bin Ummi Maktum yang Netra, melalui turunnya Al Qur’an surah ‘Abasa.
Sejak itu Nabi amat memperhatikan keadaan penyandang Disabilitas. Bahkan di suatu waktu, ketika Nabi Muhammad keluar kota, Abdullah bin Ummi Maktum lah ditunjuk sebagai pengganti memimpin kota Madinah.
Pemahaman Difabel dalam kerangka Islam, serta pembahasan tentang cara berinteraksi dengan Disabilitas, menjadi topik pembahasan, saat Pelopor Peduli Disabilitas Situbondo (PPDiS) Menemui Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, KHR Achmad Azaim Ibrahimy Selasa kemaren.Dalam kesempatan tersebut ,Kiyai Azaim mendukung terhadap Situbondo Inklusi ramah Disabilitas.
Sementara itu, Ketua Pelopor Peduli Disabilitas Situbondo (PPDiS) Luluk Ariyantini menyampaikan,tujuan Silaturrohim ke Pengasuh Pondok Pesantren Sukorejo sangan bermakna,selain menimba Ilmu,juga membahas Pemahaman Difabel dalam kerangka Islam, serta pembahasan tentang cara berinteraksi dengan Disabilitas.
Luluk menambahkan,akan ada kerjasama PPDiS dengan Pondok Pesantren Sukorejo tentang Pendidikan Agama bagi Disabilitas.
Oleh: Ardy Hidayat