Situbondo- Matinya lampu di pasar Asembagus sempat dikeluhkan para pedagang. Tak hanya mengganggu transaksi di pasar, matinya lampu tersebut juga mengganggu pedagang yang dagangannya menggunakan listrik.
Para pedagang meminta agar kejadian serupa tak terjadi lagi. Listrik di pasar Asembagus dimatikan karena Pemkab tak membayar tagihan listrik ke PLN. Mereka berharap Pemkab tak mengorbankan masyarakat kecil karena adanya kesalahaan perencanaan kebijakan.
Salah seorang pedagang Totok mengatakan, matinya lampu itu memang sangat merugikan, apalagi saat ini sedang ramai-ramainya pasar menjelang bulan maulid. Lampu di pasar Asembagus baru hidup setelah pedagang ramai-ramai melakukan protes.
“Lampu padam sekitar 30 jam dan Alhamdulillah sekarang sudah hidup. Kami berharap kejadian seperti ini tak terulang lagi,” katanya, melalui selulernya, Sabtu 23 Oktober 2020
Totok yang juga menjual buah di pasar Asembagus mengaku, selama ini pedagang sudah memenuhi kewajibannya, yaitu membayar tagihan listrik dan retribusi. Untuk retribusi pedagang membayar 5 ribu perhari, sedangkan tagihan listrik tergantung banyaknya pemakaian.
“Untuk ditempat saya bayar Rp. 40 ribu perbulan untuk pemakaian satu lampu. Iya mahal sih kalau dibandingkan dengan pemakaian lampu di rumah,” katanya.
Menurut Totok, meski lampu padam pedagang tetap berjualan di pasar menggunakan lampu Cas. Bagi pedagang pasar merupakan ladang mengais rejeki.
“Pokoknya yang laris lampus Cas. Saya berharap kejadian seperti tidak terjadi,” sambungnya