Situbondo- Filosofi endog endogan berangkat dari iman, islam, dan ihsan. Kearifan lokal asal kota ujung timur pulau Jawa, Banyuwangi. Endog endogan mengandung filosofi keagamaan yang kuat, utamanya tiga unsur terpenting muslim sejati, demikian M. Wildan wakil ketua rayon iksass Banyuwangi menjelaskan.
Kembang endog endogan merupakan telur yang dihias pada wadah plastik, terdapat gagang bambu yang nantinya ditusukkan pada pelepah pisang yang dihias pula. Dari telur inilah filosofi tiga pondasi muslim sejati dimaknai. kulit telur bermakna iman, putih telur, daging telur diartikan Islam, sedangkan kuning telur diartikan ihsan. Kemudian ditusukkan ke pelepah pisang artinya sebagai iman, islam, dan ihsan yang ditancapkan ke dalam dada seorang muslim.
Masih kata mahasiswa yang meneliti budaya endog endogan dalam skripsinya. Kembang artinya bunga dalam bahasa oseng maksudnya wujud kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Endog artinya telur, dalam bahasa oseng maknanya telur adalah tempat yang suci dari dosa, serta awal dari kehidupan. Namun telur yang digunakan bukanlah telur ayam, melainkan telur bebek, karena bebek lebih patuh, dan taat, daripada ayam ketika diperintah. Budaya yang telah turun temurun tersebut kata remaja yang juga berawal dari Dusun Cemara Desa Balak Kecamatan Songgon. Sosok pencetusnya cukup dikenal Kiai Haji Abdullah Faqih, sebagai upaya dakwah untuk suku oseng.
Kini kembang endog endogan telah diterima seluruh masyarakat Banyuwangi sebagai budaya lokal, dan masuk ke dalam agenda kerja tahunan pemerintah kabupaten Banyuwangi sejak kepemimpinan Bupati Anas.