Situbondo- Bagi sebagian kalangan binatang jenis musang terbilang menakutkan, karena termasuk pemangsa unggas. Namun dibalik keliarannya itu, binatang musang tidak hanya bisa dipelihara, melainkan bisa jadi penentu fases kualitas kopi luwak.
Di Desa Tanjung Glugur, Kecamatan Mangaran, Situbondo, seorang pemuda malah memilih beternak musang. Muhammad Ato’illah beternak belasan musang berbagai jenis di samping rumahnya. Pemuda 20 tahun itu mulai tertarik menekuni profesi menantang itu sejak awal musim pandemi 2020 silam.
Saat ini, Atok sudah memelihara belasan musang. Ada dua jenis musang peliharannya, yaitu musang jenis panda dan musang bulan. Musang bulan inilah yang biasanya banyak digunakan memproses kopi luwak.
“Kalau memelihara musang sejak 2017, tapi mulai beternak atau melakukan penangkaran sejak ada pandemi Covid-19,” terangnya.
Menurut Atok, semula dirinya hanya punya beberapa ekor musang. Dari koleksinya itu kemudian terus beranak hingga saat ini menjadi belasan ekor. Beternak musang terbilang gampang-gampang susah. Peternak harus mengerti kapan waktunya musang mau kawin termasuk saat akan melahirkan. Biasanya, musang yang sudah birahi tinggal dikumpulkan dengan musang pejantan. Setelah hamil, musang betina dipisah di tempat dan kandang khusus.
“Kalau mau kawin mirip seperti kucing. Saat musang birahi biasanya terus menerus berbunyi. Setelah dikawinkan tiga bulan kemudian sudah akan lahir,” terangnya.
Atok mengatakan, dari anak-anak musang itulah dirinya meraup penghasilan. Anak musang yang sudah dilepas dari induknya dijual melalui online maupun melalui jejaring komunitas. Satu ternak musang bisa dijualnya seharga R. 400 hingga Rp. 1 juta.
“Harga jualnya beragantung jenis musangnya, kalau musang biasa cuma seharga Rp 400 ribu. Para pembeli musang biasanya para kolektor binatang,” terangnya.
Atok mengaku memilih beternak musang karena tak memerlukan modal besar. Musang tidak perlu dibelikan makan pabrikan, melainkan cukup diberi pakan pepaya atau pisang. Susahnya, tidak semua musang langsung bisa beranak. Kalau pun bisa hamil belum tentu melahirkan dengan selamat,
“Kadang lahirnya itu harus di caesar ke dokter hewan dan harus bayar Rp 500. Itu pun masih belum tentu anakan yang dilahirkan akan hidup,” terangnya.
Atok menegaskan dirinya akan terus mengembangkan usaha ternak musang di rumahnya. Baginya, beternak musang menjanjikan karena sudah bisa memenuhi kebutuhan ekonominya. Dengan koleksi belasan ekor musang, ia bisa mendapatkan penghasilan jutaan rupiah setiap bulannya dari menjual anak musang.
“Tidak terlalu susah merawatnya karena pakannya juga sangat mudah didapat. Saat ini tidak banyak orang beternak musang, jadi harganya masih menjanjikan” katanya.
Reporter: Zaini Zain