Situbondo- Panen tanaman sorgum menggunakan teknologi mekanisasi batal dilakukan, karena mesin traktor yang akan digunakan mendadak tak bisa berfungsi. Padahal, mesin traktor dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan RI tersebut terlihat masih baru dan siap dipergunakan.
Rencananya, panen dengan teknologi mekanisasi itu akan diperlihatkan kepada undangan saat panen tanaman sorgum di Desa Kelatakan, Kecamatan Kendit. Ini pertama kalinya panen sorgum menggunakan mesin traktor yang sudah dimodifikasi dilengkapi dengan alat memotong batang dan pemecah biji sorgum.
Sayangnya, pada saat hendak digunakan, mesin tak bisa dijalankan. Tidak ada penjelasannya kerusakan mesin traktor tersebut. Para undangan yang sedianya bisa menyaksikan panen sorgum dengan mesin mekanisasi, akhirnya bubar dan pindah ke tempat peresmian pakan ternak di sebelah timur kampung Krapu.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan pada Kementerian Pertanian RI, Tri Agus Susanto mengatakan, bahwa panen menggunakan teknologi mekanisasi itu sebagai bentuk inovasi, mengingat Kabupaten Situbondo merupakan satu dari lima daerah di Indonesia yang sedang dilakukan pengembangan RPIK atau Riset Pengembangan Inovatif Kolaboratif.
“Balai besar itu memiliki teknologi pertanian. Teknologi mekanisasi itu sangat tepat agar lebih efektif dan efisien,” terangnya, ditemui di lokasi panen Sorgum, Selasa, 16 November 2021.
Agus menambahkan, pengembangan riset pertanian di Kabupaten Situbondo berbasis tanaman sorgum, karena tanahnya dinilai cocok untuk tanaman sorgum. RPIK merupakan gabungan dari para peneliti untuk mengembangkan sektor pertanian dengan sistem kolaborasi. Berbagai pihak juga terlibat didalamnya dan didukung oleh teknologi informasi.
Menurut Agus, tanaman sorgum di Kabupaten Situbondo dikembangkan menjadi pakan ternak silase, yaitu daun sorgum hijau diawetkan di dalam plastik maupun drum melalui fermentasi dalam keadaan tanpa udara atau anaerob. Pakan silase yang sudah difermentasi itu bisa digunakan 6 sampai 7 bulan tidak rusak.
“Kita mengembangkan pakan silase ini berbasis daun sorgun karena kaya nutrisi. Pakan lebih awet bisa disimpan selama 6 sampai 7 bulan,” terangnya.
Agus menjelaskan, saat ini di Kabupaten Situbondo juga sudah diresmikan pakan ternak berbahan baku daun sorgum. Selain dikembangkan untuk pakan ternak, tanaman sorgum juga sangat bermanfaat untuk kesehatan. Batang pohon tanaman sorhum juga bisa minum dan rasanya enak.
Menurutnya, tanaman sorgum juga cocok untuk lahan marjinal dan bernilai ekonomi tinggi. Setiap hektarnya bisa menghasilan 50 ton sorgum. Kalau satu kilogram sorgum seharga 500 rupiah, maka penghasilan petani bisa nencapai 50 jutaan perhektar.
“Biji sorgum bisa digunakan untuk berbagai jenis makanan. Hasil riset menyebutkan bahwa tanaman sorgum mengandung banyak manfaat kesehatan salah satunya bisa menjaga kadar kolesterol,” terangnya.
Reporter: Zaini Zain