Pengaruh Gadget Pada Gen Z dan Gen Alpha Dapat Picu Anak Susah Kelola Emosi

0
362
Ilustrasi smartphone (Gambar oleh Iqbal Nuril Anwar dari Pixabay)

Situbondo, bhasafm.co.id- Ketua Asosiasi Pendidik Anak, Bekti Prastyani, mengaku khawatir dengan perkembangan anak-anak generasi Z dan Alpha yakni anak dengan rentang usia 29 tahun ke bawah, khususnya generasi Z yang lahir diantara tahun 1995 – 2010, yang hampir sepenuhnya bergantung pada perangkat seluler .

Katanya, anak generasi Z ini cenderung mudah stres, mudah galau, dan mudah melakukan segala sesuatu di luar apa yang orang dewasa harapkan. Salah satu contohnya, punya masalah dengan pacar, curhat di sosmed, atau melakukan aksi ekstrem seperti menyakiti dirinya sendiri .

Kata Bekti dalam acara Forum Anak Kabupaten Situbondo yang berlangsung di Pendopo ini, untuk mengatasi hal itu, anak-anak harus mendapatkan pemahaman tentang cara mengelola emosi. Yakni bagaimana dia harus menyelesaikan permasalahannya sendiri dengan cara memahami emosinya .

Menurut Bekti, gen Z dan Alfa ini secara latar belakang pengasuhan berbeda dengan orang tua terdahulu. Ada kesenjangan secara pemahaman antara orang tua dengan anak. Dimana orang tua memberikan segala sesuatu seperti cara orang tua mendidik di zaman dulu yakni dengan perintah atau dengan selalu memberikan rasa marahnya. Padahal anak yang hadir di generasi Z dan Alfa punya tumbuh kembang yang berbeda dan mereka tidak mampu menerima perintah ataupun menerima rasa marah .

Untuk mengelola emosi, maka mereka butuh memahami sebagai dirinya sendiri dan butuh kedekatan dengan orang dewasa atau orang tua. Selain orang dewasa, teman juga diharapkan bisa memberikan dukungan. Maka dari itu, perlu ada penguatan antar anak. Jadi kalau ada temannya yang belum bisa mengelola emosinya maka temannya bisa memberikan pertolongan pertama kepada teman yang kecewa, marah dan semacamnya .

Orang tua juga harus bisa memahami anak-anaknya, dalam artian, anak-anak bukan kita, mereka punya dunia sendiri dan masa sendiri. Mereka tidak mendidik anak dengan cara orang tua mereka dulu. Karena sangat berbeda. Bedanya yakni dari proses tumbuh kembang anak kita . Dulu ada permainan tradisonal dan semuanya diterima dengan tuntas oleh anak-anak, sehingga tingkat piramida belajarnya selesai . Sedangkan tingkat belajar piramida anak saat ini belum selesai karena pengaruh seluler atau gadget. Itulah mengapa pemerintah menjalankan program transisi dari PAUD ke SD, karena tumbuh kembang anak kita berbeda dengan kita dulu .

Pola pola yang diberikan orang tua dengan pola-pola yang orang tua berikan sekarang juga berbeda. Orang tua yang belum atau tidak mampu untuk menerapkan teknologi ke anak, misalkan, anak rewel diberikan hp. Padahal anak masih butuh tumbuh kembang, masih butuh penuntasan motorik halus dan motorik kasar .

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses