Situbondo, bhasafm.co.id- Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) mewabah di Situbondo. Hingga Selasa (7/1) kemarin Dinas Peternakan dan Perikanan mencatat ada 210 ekor sapi yang terpapar virus PMK, 43 ekor di antaranya mati karena virus PMK.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Situbondo, Ahmad Junaidi mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan tujuh pusat kesehatan hewan yang merupakan kepanjangan tangan Disnakkan untuk melakukan aksi pencegahan dan pengobatan.
Pencegahan yakni dengan melakukan vaksinasi. Kata Junaidi, vaksinasi yang telah disuntikkan sebanyak 419.000 dosis yang dimulai sejak tahun 2022 hingga awal Januari 2025. Dan saat ini, vaksin sudah habis, sehingga peternak diminta untuk melakukan vaksinasi mandiri dan berbayar.
Sementara itu, populasi sapi di Situbondo mencapai 164.000 ekor. Jumlah vaksin sebenarnya telah melampaui, namun karena lalu lintas ternak dari luar daerah ke Situbondo, maupun Situbondo ke luar daerah tidak bisa dihentikan, akhirnya penyebaran virus PMK sulit dikendalikan.
Disnakkan juga berencana akan menutup tiga pasar hewan yang berada di tiga kecamatan yakni di Kecamatan Asembagus, Panarukan dan Besuki. Saat ini, Disnakkan masih melakukan kajian untuk rencana penutupan pasar ternak.
Kata Junaidi, berdasarkan surat dari Kementerian Pertanian, bahwa pasar hewan harus ditutup selama 14 hari jika terjadi kasus PMK. Situasi ini memang mengkhawatirkan, namun Disnakkan akan melakukan segala upaya untuk mengatasi wabah PMK, dan mengupayakan agar pasar hewan tidak ditutup.
Sementara itu Ketua Komisi II DPRD Situbondo, Djaenur Rido mengaku prihatin atas wabah PMK yang menyerang puluhan ekor sapi, bahkan banyak yang mati karena telat penanganan.
Djaenur Rido yakin, jumlah kematian sapi sebanyak 43 ekor itu hanya sebagian kecil. Masih lebih banyak kasus kematian sapi karena PMK yang tidak terlaporkan. Oleh karena itu, Djaenur Rido meminta agar Disnakkan bergerak cepat mengatasi wabah PMK yang meresahkan ini.