Rumah Kita merupakan karya besar milik Legenda Rock Indonesia
God Bless yang coba dikemas ulang oleh Academy dan diluncurkan pada Jumat,
14 Februari 2025. Lagu ciptaan Ian Antono dan Theodore KS ini akan disajikan
dengan perspektif baru melalui duet serta penambahan instrumen musik yang
diharapkan dapat memperkaya keindahan lagu tersebut. Keputusan untuk
mengemas ulang dan menyanyikan kembali sebuah karya legenda merupakan
suatu keputusan dengan konsekuensi dan tanggung jawab besar.
“Penting bagi kami untuk memastikan tetap terjaganya marwah dan makna lagu
yang selama ini sudah mengakar dalam masyarakat, sekaligus mencoba untuk
menyampaikannya dalam perspektif musik yang sedikit berbeda. Kami mencoba
untuk menguatkan makna lagu melalui komposisi duet dan juga penambahan
instrumen lain seperti string section. Untuk sampai di sana, kami meminta
bantuan Mas Doddy Katamsi sebagai vocal director dan juga Mas Didiet Violin
untuk track string section,” ujar Tara, salah seorang personil Academy.
“Lagu Rumah Kita akan dirilis dalam format digital di seluruh platform musik.
Setelah lagu Rumah Kita, Academy juga berencana merilis beberapa lagu yang
saat ini tengah disiapkan,” tambah Agyl.
Pengemasan ulang lagu Rumah Kita merupakan langkah awal yang signifikan.
Lebih dari sekadar bilik bambu atau struktur fisik lainnya, rumah dalam lagu
Rumah Kita menggambarkan pemaknaan yang mendalam sebagai simbol rasa
memiliki, kenyamanan, dan identitas. Rumah merupakan tempat dimana
seseorang merasa terhubung, hidup dan berkembang untuk menjadi sesuatu
yang lebih besar dari dirinya, terutama dalam bermusik. “Ini yang kami rasakan
sebenarnya dalam academy,” ungkap Fadli.
Rumah Kita merupakan cerminan transformasi dari para personil Academy, baik
secara pribadi maupun dalam bermusik. Memiliki karir sebagai pemusik
profesional, Tara – Sony Ekantoro (gitar), Agyl – Hilman Ardhiansyah (drum),
Aththur – Luthfi Aththur (bass), saat ini juga menjadi dosen di Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma setelah menyelesaikan pendidikan S2 dan mendapatkan
gelar magister. Sedikit berbeda, Fadli – Fadli Binuan (vokal), yang sebelumnya
telah memiliki rekam jejak bermusik secara profesional, kini juga terdaftar
sebagai mahasiswa program sarjana di Program Studi Manajemen. Sebaliknya,
dua personil lain bukan merupakan profesional dalam bidang musik melainkan
dosen sekaligus praktisi pada bidang informatika yaitu Ruddy – Ruddy J. Suhatril
(keyboard) dan Ade – Matrissya Hermita (vokal) seorang dosen dan peneliti pada
Fakultas Psikologi serta Kedokteran,
“Memiliki rekam jejak yang jauh bersinggungan tapi bertemu dalam satu rumah.
Academy ini ya akhirnya menjadi rumah kami dan kami berharap bisa menjadi
rumah kita semua. Home is where our heart belongs to…,” ujar Ade.
Nama Academy dipilih sebagai refleksi terhadap perjalanan yang dilalui selama
ini, yang menggambarkan proses belajar dan bekerja para personilnya. Lebih
dari itu, Academy juga diharapkan akan menjadi ekosistem yang dapat saling
berinteraksi dan memfasilitasi terbentuknya inkubator—tempat melahirkan ide ide
baru, menjembatani antara teori dan praktik, membentuk karakter, serta menjadi
contoh baik transformasi sosial dalam menghadapi tantangan global.
Ruddy juga menambahkan bahwa perkembangan teknologi saat ini sangat
membantu dalam bermusik. Namun demikian, banyak hal yang perlu
diperhatikan untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan teknologi, baik
dari aspek kreativitas maupun sosial. Seberapa jauh teknologi dapat
dimanfaatkan untuk menguatkan karya musik tanpa mengesampingkan peran
skill knowledge dan attitude dari manusia, dalam hal ini adalah kami sebagai
pemusik.
Terimakasih semua teman teman media yang sudah mensupport kami, semoga
karya kami dapat di terima dan menjadi salah satu playlist favorit pecinta musik,