menginterprestasikan lagu Menjelma Cahaya, karya pusakata membuat semakin menyala. Tepat tanggal 20 Juni 2021, Menjelma Cahaya diluncurkan, diawali dengan dirilisnya Video Musik karya Johanes Simon di kanal youtube official Pusakata. Single ke-tujuh pusakata yang terangkum dalam album Mesin Waktu 2020 (dibaca: dua puluh dua puluh) ini merupakan video music ke-empat kolaborasi Johanes Simon sebagai Director bersama Pusakata. Video sebelumnya yang mendapat antusias yang luarbiasa diantaranya adalah, RuangTunggu, Di Seberang Sana, dan Namamu Kueja Pelan-pelan. Keempat video tersebut pengambilan gambarnya dilakukan di Sumba NTT,selama bulan puasa kemaren. Kedua seniman tersebut satu frekuensi dengan pusakata, yaitu berkarya tanpa batas. Anis kurniasih menyelami keindahan diksi pusakata dan Johanes Simon menangkap setiap gerakan pusakata untuk dikawinkan dengan hangatnya matahari serta keindahan alam Marapu, sehingga dapat Menjelma Cahaya.
MenjelmaCahaya
Hidup adalah lautan luas. Tepiannya adalah kematian. Sebuah keniscayaan manusia mengarungi hidup, meski tidak ada yang tahu bagaimana akhirnya, kapan ajal itu tiba.
Bahagia adalah jelmaan permukaan laut yang tenang, kedalamannya yang memeluk dengan mesra. Deritanya menjelma badai dan arus yang garang.
Dia Sang Maha menuntun kita lewat langit, lewat angin yang bertiup sepanjang waktu, lewat cahaya matahari, dan bulan yang silih berganti terbit.
Kadang kita tersesat hilang arah karena tak pandai membaca tanda. Ada yang tenggelam kepalung dalam tanpa daya meraih permukaan. Semua terjadi saat kita menyerah, ketika tak punya bekal sebelum berlayar. Daratan adalah harapan dan mimpi tempat berlabuh. Tempat jiwa dan raga bersandar.
Lagu ini adalah sebuah kisah tentang manusia yang terombang-ambing dalam lautan kehidupan, berharap cahaya segera datang, menepis awan yang kian tebal, lalu mengangkatnya keatas gelombang untuk bersandar pada dermaga hidup yang tenang, “ujar pusakata”.
Mendengarkan lagu ini, seperti di aja k untuk melakukan perjalanan kedalam diri. Semaki ndewasa, semakin harus berani untuk bertarung ditengah ketidakpastian.
Disaat yang sama, ada mimpi yang harus kitagenggam. Dan harapan (lentera) itu sekecil apapun adalah nyala yang bisa menjadi terang dan pedoman menuju arah yang ingin kita tuju, “Anis kurniasih”.