Situbondo-Berangsur-angsur mode trasnportasi dokar atau delman sepertinya akan tinggal nama. Saat ini, keberadaan dokar mulai langka, menyusul pesatnya perkembangan mode tranportasi modern. Sebagai salah satu mode transportasi tertua di Indonesia, dokar mulai kurang diminati dibandingkan mode transportasi berbasis aplikasi.
Agar tetap diminati, seorang kusir dokar bernama Abu Naim, (46), asal Desa Selowogo, Kecamatan Bungatan, tampil beda dengan cara melengkapi dokarnya dengan musik. Dokar full musik tersebut ternyata jadi daya tarik tersendiri bagi penumpangnya.
Menurut Abu Naim, dirinya melengkapi dokarnya dengan seperangkat soundsystem berukuran kecil diletakan di bawah tempat duduk bagian depan. Awalnya, dirinya melengkapi alat musik untuk mengusir jenuh saat menunggu penumpang.
“Sering anak-anak nangis ingin naik dokar ini karena saya putar lagu anak-anak. Mungkin karena dokar sudah langka, anak-anak jadi penasaran ingin menumpangnya,” katanya, Senin, 1 Maret 2021.
Menurut Abu Naim, saat ini banyak pemilik dokar sudah beralih profesi, karena pendapatan kusir dokar tak menentu. Di Kecamatan Bungatan sudah tinggal empat dokar. Abu Naim mengaku mendapat penghasilan sebesar 30 ribu hingga 50 ribu setiap harinya.
“Penumpang sudah berkurang tidak seperti dulu saat dirinya masih anak-anak. Mungkin karena banyak warga sudah punya motor sendiri,” ujarnya.
Abu Naim mengatakan dirinya sudah 14 tahun jadi kusir dokar. Setiap hari dirinya mangkal di pasar tradisional Bungatan, karena rata-rata penumpangnya pedagang maupun warga yang membawa belanjaan banyak.
“Saya jadi kusir dokar sejak 2007. Kalau sekarang penumpangnya masih ada tapi tidak seperti dulu. Saya tidak punya pekerjaan lain selain menjadi kusir dokar,” katanya bapak dua orang anak itu.
Reporter : Zaini Zain