Situbondo- Pondok Pesantren Salafiyah-Syafi’iyah Sukorejo, menjadi tuan rumah silturrahim Dzurriyah, Masyayikh, Habaib dan Ulama NU se-Jawa Timur. Silaturrahim bertema “Menegaskan Pengertian Khittah NU, diikuti ratusan ulama NU se Jawa Timur.
Para Dzurriyah Muassis NU dan para kiai membentuk Komite Khitthah 1926 Nahdlatul Ulama (KK-26-NU). KK-26 yang diketuai KH. Sholahudin Wahid (Gus Sholah), bertujuan meluruskan ruh perjuangan NU sebagaimana khittah NU Muktamar NU ke 27 tahun 1984 di Ponpes Sukorejo.
Ratusan ulama NU yang hadir dalam forum silturrahim ini, diantaranya ada Prof. Dr. KH. Ahmad Zahro, Prof. Dr. Rohmat Wahab, Dr. Marzuki Ali (mantan ketua DPR RI), Gus Hilmi Ash-Siddiqi (Jakarta) dan KH. Afifuddin Muhajir.
Dalam sambutannya, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy, mengatakan, bahwa semua rindu kembali ke khittah NU. Menurunya, jauh sebelum khittah NU ke 27, pendiri NU KH. Hasyim As’ari telah menyebut khittah NU melalui Qonun Asasi NU, bahwa jika NU tidak lagi berada digarisnya, maka harus kembali ke khittati salaf.
Kiai Azaim menjelaskan, bahwa silaturrahim kali ini merupakan arahan Komite Khitthah 1926 Nahdlatul Ulama, KH. Sholahudin Wahid. Cucu pahlawan nasional Kiai As’ad Syamsul Arifin ini itu juga membuat tamsil menarik tentang khittah.
Menurutnya, Khittah itu ibarat tongkat. Ketika tongkat harus berubah menjadi ular, maka hal itu hanya bersifat sementara. Ketika tugasnya sudah selesai, maka harus segera kembali menjadi tongkat.