Situbondo- Jika sebagian daerah di Situbondo kesulitan air bersih, karena sumber mata airnya mengering, pemandangan berbeda terjadi di Sumur Bor Desa Buduan, Kecamatan Suboh.
Sumur bor yang disebut-sebut sisa peninggalan zaman Belanda itu terus menerus mengalir selama 24 jam. Setiap hari warga antri untuk mengambil air di tempat itu. Tak hanya warga sekitar, warga dari luar Kecamatan juga banyak mengambil air di sumur bor tersebut.
Biasanya, warga dari luar Kecamatan mengambil air di malam hari menggunakan pik-up. Tak hanya di musim kemarau, warga memang biasa mengambil air di sumur bor itu karena rasa airnya enak melebihi air kemasan.
Menurut Juhari, sumur bor tersebut konon sudah ada sekitar tahun 1928. Jika dihitung hingga tahun ini, usia sumur bor itu mencapai 91 tahun, atau lebih tua dari usia Negara Indonesia.
Juhari yang merupakan pengelola sumur bor mengaku, memang agak sulit mencari akar sejarah sumur bor itu. Perkiraan sekitar tahun 1928, merupakan cerita dari orang-orang terdahulu.
Juhari menjelaskan, air sumur bor peninggalan Belanda itu memang berbeda dari sumber mata air lainnya. Kualitasnya sangat bagus, karena bisa disimpan selama enam bulan di dalam galon tanpa mengubah rasa dan menimbulkan lumut.
Juhari mengatakan, banyaknya warga menggunakan air sumur bor itu untuk diminum, Dinas Kesehatan Situbondo pernah melakukan uji laborarotium sekitar tahun 1992. Hasilnya, kualitas sumur bor itu memang bagus dan layak dikonsumsi.
Menurut Juhari, beberapa tahun lalu sumur bor di desa Buduan itu sempat akan diperlebar dan sudah di survey tim Pemkab Situbondo. Namun warga menolaknya karena khawatir mengubah kualitas airnya.
Saat ini kata Juhari memang banyak sumur menyerupai sumur bor di Desa Buduan. Airnya juga mengalir terus menerus, namun rasanya tetap beda.