Situbondo- Berbagai cara dilakukan penyedia jasa mode transportasi massal, untuk memikat penumpangnya, seperti yang dilakukan Sadi, abang becak asal Kelurahan Mimbaan, Kecamatan Panji.
Pria berusia 52 tahun memilih memodifikasi becaknya agar terlihat unik dan elegan untuk menarik minat penumpang. Becak Sadi, begitu penumpang langganannya menyebut becak nyentrik tersebut.
Becak modifikasi milik Sadi dilengkapi alat mesin serta menggunakan penutup berbahan khusus dan dibagian samping becak diberi bahan transparan. Selain melindungi penumpangnya dari terik matahari dan hujan, naik becak Sadi akan terasa nyaman karena masih bisa melihat pemandangan sekitar.
Menurut Sadi, dirinya memodifikasi becaknya itu sejak 2011 silam. Tak tanggung-tanggung, Sadi harus menjual sepeda motornya untuk membiayai modifikasi becaknya itu yang mencapai 11 jutaan.
“Awalnya becak saya rusak, saya perbaiki rusak lagi. Sejak saat timbul keinginan memodifikasi becaknya dengan menjual sepeda motornya,” katanya, saat ditemui menunggu penumpang di jalan Madura, beberapa waktu lalu.
Sadi mengatakan, berkat dimodifikasi itu dirinya memiliki banyak pelanggan. Bahkan ada penumpang sengaja mencarinya hanya ingin merasakan sensasi naik becak unik miliknya. Tak hanya bentuknya yang berbeda dengan becak lainnya, becak Sadi ini juga dilengkapi music alias full music.
Sadi mengaku pendapatan abang becak menurun drastis beberapa tahun terakhir ini. Selain banyak masyarakat sudah punya kendaraan sendiri, kehadiran mode transporasi ojek online juga sangat berpengaruh karena tarifnya sangat murah.
“Kalau ada penumpang saya tawari naik becak gak mau. Gak tahunya sudah pesan ojol. Mungkin karena pertimbangan ongkos lebih murah,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini banyak abang becak beralih cari bekerjaan lain, karena bekerja jadi abang becak dinilai sudah kurang menjanjikan memenuhi kebutuhan. Bagi Sadi, menarik becak merupakan satu-satunya pekerjaan yang sulit ditinggalkan, karena dirinya jadi abang becak sejak 43 tahun silam.
“Saya bekerja jadi abang becak sejak 1978 dan saat itu ongkosnya dari terminal ke pasar senggol masih 75 rupiah. Saya ini tak lulus SD jadi sulit cari pekerjaan lain,” turutnya.
Sadi menjelaskan, berkat memodifikasi becaknya itu dirinya masih bisa meraup penghasilan 50 sampai 70 ribu perhari. Dibandingkan abang becak lainnya, penghasilannya itu terbilang sudah cukup besar, apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.
“Dulu (sebelum ada ojol) penghasilan saya bisa mencapai Rp. 200 ribu perhari. Tapi saya tetap bersyukur karena penghasilannya saat ini masih lumayan besar,”pungkasnya.
Reporter: Zaini Zain