
Situbondo- Kehadiran Sugi Nur Raharja alias Gus Nur menuai protes tokoh masyarakat Besuki. Mereka menolak rencana Gus Nur membangun pesantren di Dusun Dam Guwa, Desa Blimbing, Kecamatan Besuki, Jum’at kemarin.
Mereka meminta segala aktifitas pembangunan pondok pesantren dihentikan. Tokoh NU, tokoh masyarakat dan warga menurunkan banner yang terpasang di lokasi.
Banner tersebut dipasang saat Gus Nur datang meninjau lokasi sehari sebelumnya. Benner tersebut bertuliskan “Disini akan dibangun pondok pesantren Tahfidz Qur’an Karomah 13 Cabang Palu”. Dilokasi memang belum ada pembangunan, namun sudah ada alat berat eskavator meratakan tanah.
Ketua BPD yang juga tokoh masyarakat Desa Blimbing, Slamet Rasimin, mengatakan dirinya bersama masyarakat, MWC NU, Ansor dan Banser bergerak mendatangi lokasi, meminta agar rencana pembangunan pesantren Gus Nur dihentikan.
“Intinya, kami resah adanya pembangunan pesantren Gus Nur ini dan meminta untuk dihentikan,” kata Slamet, Jum’at, 24 Juli 2020.
Menurut Slamet, penolakan dilakukan karena melihat sepak terjang Gus Nur yang selama ini kerapkali menghujat ulama-ulama NU. Selain itu, sejauh ini belum pernah ada koordinasi dengan warga dan tokoh masyarakat setempat terkait rencana pembangunan pondok pesantren tersebut. Slamet juga menyesalkan sikap Pemerintah Desa Blimbing, karena tidak berkoordinasi ketika Gus Nur membeli tanah untuk pembangunan pesantren.
“Kita gak pernah tahu tujuan dan maksud Gus Nur mendirikan pesantren di tempat ini,” terangnya.
Sementara itu, Ketua MWC NU Besuki, Ust. Abd. Jalal Al Kiromi, menegaskan bahwa sampai kapan pun warga NU dan santri di Besuki, menolak Gus Nur mendirikan lembaga diatasnamakan Pesantren Tahfidz Qur’an. Aksi penolakan itu dilakukan secara spontan karena panggilan hati nurani.
Menurut Abd. Jalal, seluruh pengurus NU di Besuki akan tetap bereaksi, jika pembangunan masih tetap dilanjutkan. Selama ini, ulah Gus Nur dinilai telah melukai hati warga nahdliyin melalui pernyataan-pernyataanya yang kontroversi menghujat para masyaikh dan ulama-ulama NU.
“Otomatis kita tolak pembangunan lembaga yang diatasnamakan Pesantren Tahfidz Qur’an. Disini pesantren banyak, lembaga tahfidzul Qur’an di Situbondo juga banyak. Sampai kapan pun kami tolak ,” ujarnya
Abd. Jalal mengaku bersyukur karena Forkopimka bergerak cepat, memfasilitasi adanya surat pernyataan untuk tidak melanjutkan rencana pembangunan pondok pesantren Gus Nur tersebut.
“Forkopimka mungkin sudah berembuk dengan panitia melihat adanya penolakan ini,” ujarnya.